Berteman
Kemarin dan hari ini saya banyak menghabiskan waktu untuk berbagi, bercerita, berkeluh kesah, berbahagia. Tentang banyak hal, tentang apapun, tentang segalanya. Saya nyaman? Tentunya dengan mereka yang membuat saya bisa senyaman yang saya inginkan, bercerita semau yang saya utarakan, dan kembali mendengarkan cerita mereka dengan membuka daun telinga lebar-lebar. Mungkin bukan sekedar cerita, tapi berbagi.
Berteman menurut hasil analisa ilmu ngawur kira-kira saya, bagaimana kita bisa menjadi diri kita saat sedang dalam keadaan seburuk-buruknya kita, senorak-noraknya kita, bahkan setinggi-tingginya kita. Dan kita dengan rela berbagi kegilaan, kesedihan, kesusahan. Teman? Bagaimana dia mengerti seutuhnya kita. Begitu sebaliknya.
Tapi, saya sendiri masih mengkotak-kotakkan pertemanan. Membuat batas pada teman. Teman bercerita, teman berbelanja, teman bermain. Dan saya tidak merasa berkewajiban untuk menceritakan segala sesuatunya tentang saya pada teman. Kecuali bercerita bagaiaman sesungguhnua saya saat bermain kepada teman bermain saya. Karena kata seorang teman, saya tipikal orang yang pemilih, mungkin juga selektif. Saya hanya akan berbagi segala kepada beberapa teman. Katanya, toh yang menilai dia.
Saya bahagia memiliki teman, saya mencintai teman saya. Tapi bukan berrti segala sesuatunya tentang saya bisa semua teman saya tau, saya hanya membaginya pada beberapa saja. Alasannya? Pasti ada, dan juga bukan untuk saya bagi. Setiap orang pasti punya alasan untuk apa yang dia lakukan. Tanpa orang lain perlu tau pastinya :)
Hari lalu (bah, bahasa mana ini) saya bertemu dengan teman saya. Teman lama. Teman dekat. Sebut saja namanya Candra. Dia perempuan. Dia teman SD saya. Kami tidak pernah sekelas sejak perpisahan SD lalu. yaps, sejak perpisahan 11 tahun lalu. Tapi kami masih berteman. Kami bercerita banyak hal. Tentang semuanya, pekerjaan, pacar, menikah, prioritas, hidup, sampai fans. Terdengar simple, tapi banyak hal itu tidak akan terasa menyenangkan jika kamu tidak nyaman. Perbedaan pendapat pasti ada, bukankan berbeda merupakan bumbunya diskusi? Nikmatnya berdebat? Dan manisnya perbincangan? Tapi pasti akan satu garis merah yang bisa membawa kita pada satu tujuan yang sama. Bahagia? Pasti. Ditambah kami yang tidak selau bersama. Tapi ada akan ada kesimpulan, ada solusi, bahkan ada akhir yang tak berujung. Dimana kami akan menyadari, sebuah senyum dan kebahagiaan juga merupakan hasil akhir dari sebuah perdebatan panjang.
Kami tidak pernah mengambil gambar. Kami selalu lupa tentang itu. Lama sekali rasanya terakhir kami foto berdua. Kami terlalu sibuk menghabiskan waktu untuk berbagi. Bukankan semua kebahagiaan tidak perlu dibagi kepada semua orang? Tidak perlu sibuk berfoto untuk mengambil angel terbaik agar bisa di share di media sosial. Mungkin bisa mengambil foto dengan angel terburuk sekalipun, tapi dimedia sosial, semua ada aturan tak tertulis. Bhahah, ngomong apa saya -___-
Hari ini saya juga disambangi teman saya. Lagi-lagi saya sedang bermalas-malasan.
Sebut saja namanya Nana, seorang teman yang berbeda 3 tahun diatas saya. Teman yang baru saya kenal 1 tahun belakangan ini datang menyambangi untuk membagi undangan. Yaaak! Menikah. Saya orang yang paling sorak-sorak dibelakang dia berbahagia saat dia menikah. Membantu sebisa yang saya bisa walau nggak banyak. Jarak umur yang lumayan membuat saya merasa kembali memiliki sosok kakak.
Tadinya dia berniat melanjutkan perjalannya untuk membagi undangan. Tapi saya tahan sebentar dirumah. Saya hanya ingin kami bercerita, berbagi. Pertemanan yang baru setahun tapi dia orang yang mengenal saya luar dalam. Berbicara tentang banyak hal. Klise, karena dia dewasa dan kami memiliki banyak kesamaan. Entah, sesaat saya berpikir gak akan ada bnyak waktu saat dia menikah nanti. Gak akan ada banyak waktu buat kita ngalor-ngidul gak jelas. Cerita hal gak penting, dari penyakitan sampek diet, dari dosen sampai pernikahan.
Ah entahlah, pasti banyak yang akan berbeda pendapat. Tapi saya bahagia, masih bisa berteman, bersahabat dengan seseorang kawan lama, masih bisa menjaga pertemanan, menjaga persahabatan. Berteman bukan karena masalah kesamaan kegiatan, acara, dan bertemu secara fisik. Tapi bagaimana ketika kita saling tinggal berjauhan, kalo ketemu rasanya kayak gak pernah pisah sedetikpun. Gak dipungkiri, banyak kesamaan entah pemikiran apa sifat, buat si sahabat bisa survive meskipun udah kepisah berjuta-juta kilo.
aku gak pernah ditulis di blog mu deh perasaan, aku bkan tmenmu yaa? haha
BalasHapushahaha.. sensi deh yaa. next time yeah. :D
Hapuseh kapan merpus lagi?