Hidup di era "Hits"

Ehem, saya mau curhat sedikit :D
Mungkin ini yang namanya tambah kuper, 
bisa juga mulai sadar tanggung jawab.
Bisa juga mulai gak eksis dan kuno,
kata anak jaman sekarang...

Sekarang lagi hidup di era yang namanya nyamperin cafe yang lagi hits, terus foto makanan aplot di instagram, habis itu chek-in tempat di path sambil foto, entah foto interiornya apa foto bareng. Kadang malah nyamperin cafe bukan karena emang enak apa lagi laper apa gimana. Tapi karena interiorya bagus. Haha, memang lagi masanya dan ini gak salah. Dan semua orang berlomba-lomba buat ngeksis didunia maya. 

Dulu, jaman saya pertama kuliah, tujuan saya kuliah cuma satu. Banyak temen terus main kesana kemari, nyamperin tempat yang katanya lagi "in". Biar eksis juga, katanya. Pulang malam, kadang nginap, bolos kuliah cuma pengen karaoke, bolos kuliah kadang cuma udah mager di kostan temen. Yang penting ada temennya. All about fun! Tapi semua gak berlangsung lama..

Entah saya orangnya emang bosenan, apa gak tertarik sama hal-hal yang katanya lagi hits, apa karena dulu cuma karena banyak temennya kesana-kemari ngikut aja. Gak tau juga.

Bisa dibilang saya bertahan seneng-seneng cuma sampe semester 7 apa semester 8. Itu aja udah mulai gak bernafsu kayak jaman awal kuliah. (Btw, saya skrng semester 10 -__-, sudah lagi skripsi kok). Awal kuliah dulu, yang namanya ngikutin apa itu harus dilakuin. Ada cafe baru, harus dicobain, ada orang cerita, harus disamperin. Lagi booming jalan-jalan luar kota, dijabanin. Nah mulai semester 8 saya udah mulai males bahkan hampir gak pernah. Saya lebih anteng didalem rumah.

Sadar tanggung jawab? Enggak juga, saya cuma malas-malasan dirumah. Haha...
Baca komik, tidur-tiduran, kadang terima kerjaan gambar (kadang). Kalo ada yang ngajak pergi nyamperin tempat yang lagi hits, sudah malas. Gak kepengen? Kepengen banget. Tapi udah males. Cuma sekedar kepengen, wacana, dan jadi list yang harus didatengin tapi gak didatengin juga. Hahah. Sesekali kadang nyamperin kalo misal kepengen banget, tapi itu juga kalo gak males, kalo niat, dan alasan yang lain. Tapi udah lebih condong ke mengabaikan rasa kalo kepengen. Wes males.

Sekarang-sekarang inii baru mulai kepikiran atau baru mulai sadar. Skripsi yang mulai dipikirin, berdosa aja gitu rasanya kalo seneng2 tapi masih ada yang harus digarap. Ngabisisn duit, duit juga masih mintak. Setidaknya saya mending nganggur dirumah dan pasang badan dirumah siap kalo disuruh-suruh sama emak.

Saya mulai nyadar (kayaknya), kalo dirumah buanyak hal yang harus saya kerjakan, dari sekedar bantu mamah didapur. Melihat kondisi yang mbantuin ya begitulah. Nemenin ortu dirumah. Kalo lagi gak males ya ngerjain skripsi. Stand by nungguin yang ngaji habis magrib walopun malesnya masya Allah. Tapi mending sih, saya jadi bisa deket lagi sama Qur'an. 

Atau saya sebenar-benarnya adalah anak rumahan yang sesungguhnya?
Anak rumahan yang baru mulai merasa nyaman sama dirinya? Entah juga :DD

Barusan ini, barusan banget habis yang ngaji pada bubar, iseng buka akun path yang udah luama banget gak dibuka. Masih, masih dipake, cuma kalo misal udah jaraag update, baru update. Bukan yang setiap 5 menit pindah tempat, 5 menit juga update path, bukaan. Oia kembai ke path. Iseng aja scrolling sampe bawah. Liat akun path seorang teman yang dari jam 7 pagi sampai barusan habis magrib dia udah update hampir 20an moment. Serius, saya hitung soalnya. Dari yang apdet tempat, foto selfie, dengerin musik, dan sebagainya. 

Salah? Enggak, enggak banget. Pertama memang lagi masanya, dan kedua pilihan masing-masing untuk seberapa banyak dia membagi kebahagiaannya, dan mungkin kehidupannya.

Kadang saya mikir, seberapa banyak porsi, orang membagi kebahagianny? Po iya ada juga yang berpikir, ketika dia tidak membagi kebahagiannya atau kehidupannya di sosial media berarti dia tidak bahagia? Apakah tingkat ke-eksis-an orang juga dilihat dari seberapa eksis juga dia didunia sosial? 

Saya bahagia, kehidupan saya sangat bahagia. Tapi terkadang saya merasa kebahagiaan saya bukan untuk dibagi. Itu pilihan sih. Setiap orang berhak memilih untuk membagi atau tidak.

Hahaha.. curhat saya panjang sekali :D
Abaikan tulisan ini. Hihi. Yang baru saya sadari adalah betapa menyedihkan sekali saya baru bisa merasakan nyamannya jadi diri sendiri. Tapi setidaknya saya sudah menyadari, walaupun terlambat :))

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Thanks,
Qonet :)

Komentar