"Sembunyi-Sembunyi" Ziarah di Turki.
Yogya, 5 Februari 2015
Istanbul, 7 Februari 2015
Brr.. Istanbul dingin sekali pagi ini. Walaupun sudah berlapis pakaian 2 layer, 1 dress dan 1 coat panjang, sepertinya tubuhku masih perlu adaptasi. Sesekali udara terasa segar, ditengah matahari yang mulai terlihat namun suhu tetap tidak beranjak dari 10 derajat.
Ritual solat berjamaah usai dilanjut dengan sarapan. Nyamm, sarapan kali ini lagi-lagi dengan roti, keju, selai, zaitun dan madu yang suuuper yummy! Dan aku mulai menyadari, setiap pagi akan terus seperti ini. Not bad!
Melangkahkan kaki hanya mengikuti kemana kaki-kaki lain berjalan. Menelusuri setiap sudut di area halaman dan kawasan masjid Eyup, sesekali berbasa-basi dengan kawan baru. Tanpa terasa aku sudah membentuk kelompok kecil dengan temanku dan dengan ibu-ibu yang aku tidak tau siapa. (Yang akhirnya aku tau, beliau seorang dosen di kampus yang dikunjungi)
"Lihat, bangunan ini adalah makam Ayyub Al-Anshari" Dueeng!!! Makam? Aku yang terlahir dari keluarga yang memegang tradisi ziarah makam otomatis bertanya. "Hocam, ini makam Ayub Al-Anshari? Really?", "Ya, menurut ceritanya seperti itu. Makam ini ditemukan lewat mimpi. Silahkan berdoa, jika kamu ingin berdoa" Hmm.. Dosen yang baik.
Waw, aku menemukan makam sahabat Nabi disini. Bukan, bukan apa-apa, menyempatkan untuk ziarah ulama atau orang besar adalah hal pertama yang aku sangsikan. See? Aku rasa ini pertanda baik. Kemudian membaca tahlil sesingkat-singkatnya dan berdoa dalam hati. Cukup lama aku berdiri didapan (jendela) makamnya, sampai seseorang menyenggolku "Qonita, don't be like that yaa". Haa, baiklah. Toh aku juga sudah selesai. Setidaknya aq berusaha menghormati kebiasaan (sebagian) mereka untuk tidak berdoa dimakam.
Uskudar, 16 Februari 2015
Hotel, 04.00
"Net, bangun. Ayok sahur, katanya mau puasa" Temanku sekamar membangunkanku. Ya, hari ini aku dan temanku sepakat untuk puasa. Mencoba rasanya puasa di negri orang saat winter. (yes, ini pertama kalinya untukku). Ritual memasak mie menggunakan heater berlangsung untuk makan sahur. Dan yeay, menyenangkan sekali puasa saat musim dingin :))
Uskudar, 12.00
Uskudar berjarak 1 jam dari hotel kami. Agenda kami hari ini mengunjungi kampus FSMVU yang berada di Uskudar untuk menunjukkan bangunan karya Sinan (yang dulunya berfungsi sebagai madrasah) pada kami, yang dihibahkan kepada yayasan Fatih untuk digunakan sebagai kampus. By the way, Uskudar sudah masuk benua Asia :)
Teman yang lain bersiap santap siang, temanku Turki memanggil "Qonita, sekarang kamu solat dzuhur, dan aku akan makan siang sebentar, kamu tunggu di mushola kita bisa pergi ke Karaceahmet (daerah makam Sulaiman Hilmi Tunahun)"
Yess! Akhirnya bisa juga ziarah makam Sulaiman Hilmi Tunahun, yang sebelumnya sempat gagal (karena berbelanja dulu dan kemalaman). Bahagia bukan karena apa, tapi lebih bisa memenuhi pesan lek Tasim buat ziarah ke makamnya. Akhirnya diam-diam kita bertiga keluar dari kampus, berjalan kaki sedikit kedepan dan kabur naik taksi. Yeay!
Gak sampai 5 menit kami tiba di Karaceahmet. Hmm.. rasanya seperti memasuki kota yang hidup berdampingan antara orang meninggal dan hidup. Makam disini banyak sekali, seperti kota makam. Terbuka dan tidak menakutkan (seperti di Indonesia). Taksi berhenti didalam area makam.
Makamnya terlihat. Ahh akhirnya. Rombongan laki-laki berkopiah biru dan menggunakan setelan jas dengan bagian belakang jas yang dijahit. Aku berdiri di seberang makam, karena memang dilarang langsung didepan makam. Salah seorang dari rombongan menanyakan padaku "Darimana?", "Indonesia" jawabku. Ah tersenyum, sampai saat ini aku bahagia ketika nama negara asalku disebut dan lawan bicaraku tersenyum. "Perempuan disebelah sini" Dia menunjukkan tempat wanita yang berada di belakang tempat laki-laki hanya dengan disekat pagar kecil. "Terimakasih" dan senyumannya menjadi balasan ucapan terima kasihku.
Papan perintah dilarang mengambil gambar (foto) terlihat dari posisiku sekarang. Huh, aku kan bisa mengambil diam-diam. Yasudah, aku menmpati tempat untuk wanita, dan mulai berdoa secukupnya. Karena waktu kami terbatas.
Terimakasih Tuhan...
Aku bersyukur.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Thanks,
Qonet :)
"Qonita, kalau nanti bisa, disempatkan ziarah ke makamnya Sulaiman Hilmi Tunahan, itu masih di Istanbul, masih kota. Nanti kalau berdoa cukup berdiri aja. Sebelumnya baca Al-Mulk dulu dijalan sama Al-Fatihah sama Shalawat, jadi nanti sampai sana langsung berdoa. Biar cepet. Itu ulama Qur'an di Turki."Pesan lek Tasim yang hari itu datang kerumah. Ceritanya "ngaruhke/nguntapke" karena aq mau ke Turki. Ditengah isi koper yang gak selesai-selesai diatur, sejujurnya sangsi sekali aku bisa memenuhi pesan buat ziarah. Karena jelas jadwal kami sudah diatur, dan posisiku juga gak tau dimana makam Sulaiman Hilmi Tunahan. Saya cuma bisa njawab "nggeh".
Istanbul, 7 Februari 2015
Brr.. Istanbul dingin sekali pagi ini. Walaupun sudah berlapis pakaian 2 layer, 1 dress dan 1 coat panjang, sepertinya tubuhku masih perlu adaptasi. Sesekali udara terasa segar, ditengah matahari yang mulai terlihat namun suhu tetap tidak beranjak dari 10 derajat.
Ritual solat berjamaah usai dilanjut dengan sarapan. Nyamm, sarapan kali ini lagi-lagi dengan roti, keju, selai, zaitun dan madu yang suuuper yummy! Dan aku mulai menyadari, setiap pagi akan terus seperti ini. Not bad!
Melangkahkan kaki hanya mengikuti kemana kaki-kaki lain berjalan. Menelusuri setiap sudut di area halaman dan kawasan masjid Eyup, sesekali berbasa-basi dengan kawan baru. Tanpa terasa aku sudah membentuk kelompok kecil dengan temanku dan dengan ibu-ibu yang aku tidak tau siapa. (Yang akhirnya aku tau, beliau seorang dosen di kampus yang dikunjungi)
"Lihat, bangunan ini adalah makam Ayyub Al-Anshari" Dueeng!!! Makam? Aku yang terlahir dari keluarga yang memegang tradisi ziarah makam otomatis bertanya. "Hocam, ini makam Ayub Al-Anshari? Really?", "Ya, menurut ceritanya seperti itu. Makam ini ditemukan lewat mimpi. Silahkan berdoa, jika kamu ingin berdoa" Hmm.. Dosen yang baik.
Waw, aku menemukan makam sahabat Nabi disini. Bukan, bukan apa-apa, menyempatkan untuk ziarah ulama atau orang besar adalah hal pertama yang aku sangsikan. See? Aku rasa ini pertanda baik. Kemudian membaca tahlil sesingkat-singkatnya dan berdoa dalam hati. Cukup lama aku berdiri didapan (jendela) makamnya, sampai seseorang menyenggolku "Qonita, don't be like that yaa". Haa, baiklah. Toh aku juga sudah selesai. Setidaknya aq berusaha menghormati kebiasaan (sebagian) mereka untuk tidak berdoa dimakam.
Uskudar, 16 Februari 2015
Hotel, 04.00
"Net, bangun. Ayok sahur, katanya mau puasa" Temanku sekamar membangunkanku. Ya, hari ini aku dan temanku sepakat untuk puasa. Mencoba rasanya puasa di negri orang saat winter. (yes, ini pertama kalinya untukku). Ritual memasak mie menggunakan heater berlangsung untuk makan sahur. Dan yeay, menyenangkan sekali puasa saat musim dingin :))
Uskudar, 12.00
Uskudar berjarak 1 jam dari hotel kami. Agenda kami hari ini mengunjungi kampus FSMVU yang berada di Uskudar untuk menunjukkan bangunan karya Sinan (yang dulunya berfungsi sebagai madrasah) pada kami, yang dihibahkan kepada yayasan Fatih untuk digunakan sebagai kampus. By the way, Uskudar sudah masuk benua Asia :)
Teman yang lain bersiap santap siang, temanku Turki memanggil "Qonita, sekarang kamu solat dzuhur, dan aku akan makan siang sebentar, kamu tunggu di mushola kita bisa pergi ke Karaceahmet (daerah makam Sulaiman Hilmi Tunahun)"
Yess! Akhirnya bisa juga ziarah makam Sulaiman Hilmi Tunahun, yang sebelumnya sempat gagal (karena berbelanja dulu dan kemalaman). Bahagia bukan karena apa, tapi lebih bisa memenuhi pesan lek Tasim buat ziarah ke makamnya. Akhirnya diam-diam kita bertiga keluar dari kampus, berjalan kaki sedikit kedepan dan kabur naik taksi. Yeay!
Gak sampai 5 menit kami tiba di Karaceahmet. Hmm.. rasanya seperti memasuki kota yang hidup berdampingan antara orang meninggal dan hidup. Makam disini banyak sekali, seperti kota makam. Terbuka dan tidak menakutkan (seperti di Indonesia). Taksi berhenti didalam area makam.
Makamnya terlihat. Ahh akhirnya. Rombongan laki-laki berkopiah biru dan menggunakan setelan jas dengan bagian belakang jas yang dijahit. Aku berdiri di seberang makam, karena memang dilarang langsung didepan makam. Salah seorang dari rombongan menanyakan padaku "Darimana?", "Indonesia" jawabku. Ah tersenyum, sampai saat ini aku bahagia ketika nama negara asalku disebut dan lawan bicaraku tersenyum. "Perempuan disebelah sini" Dia menunjukkan tempat wanita yang berada di belakang tempat laki-laki hanya dengan disekat pagar kecil. "Terimakasih" dan senyumannya menjadi balasan ucapan terima kasihku.
Papan perintah dilarang mengambil gambar (foto) terlihat dari posisiku sekarang. Huh, aku kan bisa mengambil diam-diam. Yasudah, aku menmpati tempat untuk wanita, dan mulai berdoa secukupnya. Karena waktu kami terbatas.
Terimakasih Tuhan...
Aku bersyukur.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Thanks,
Qonet :)
Baguss
BalasHapus