Subuh di Eyüp Sultan Camii.
Istanbul,
7 Februari 2015
06.30
Untuk pertama
kalinya menginjakkan kaki di tanah kelahiran Hakan Şükür,
pemain bola asal Turki yang namanya pernah kudengar dari adik lelakiku
tentunya. Selanjutnya tidak ada lagi informasi yang kuketahui.
13⁰C menjadi tuan rumah
pertama yang menyambutku ketika pertama kali melangkah keluar dari badan
pesawat. Hmm sejuk sekali rasanya. Rasanya tepat untuk belum mengeluarkan coat
dari koper kecilku. Sebuah baju berlapis manset masih cukup save untuk survive
dengan tamu pertamaku.
Ah, aku menjadi orang kedua dari rombongan yang
meninggalkan tempat pengambilan bagasi dan bahagia ketika teman-teman Turki ku
sudah menunggu di pintu kedatangan. Aku bahagia. Terselip doa untuk mereka,
orang-orang yang dengan sukarela membawaku ke kota ini, dan doa agar aku bisa mengunjungi
Maulana.
Halo, Istanbul...
dan.. kami Jetlag!
Istanbul,
8 Februari 2015
02.30
Sudah kukatakan
sebelumnya, kami Jetlag. Ya! karena hitungan jam Indonesia sudah waktunya untuk
bangun. Cukup awal saya sampai di lobby untuk bersiap solat subuh. Bahkan teman
Turki pun belum terlihat saat aku di lobbi sudah dengan 4 dosen dan 1 mahasiswa
lainnya.
Pengalaman yang menyenangkan akan dimulai...
(bis, perjalanan menuju masjid)
saat itu pak revi duduk dikursi belakangku.
menceritakan pengalaman sebelumnya ketika beliau merasakan solat subuh pertama
pada hari Minggu di masjid Eyüp.
"orang Turki kalo solat di masjid Eyüp Minggu pagi, itu rasanya kayak umrohnya mereka. penuh, sesak. mereka berpendapat, Minggu itu merupakan hari pertama dan awal hari itu di Mulai dari minggu. Minggu sendiri bermakna Ahad. Yang berarti satu. Jadi Ahad merupakan hari pertama dalam seminggu. Mereka mengawali hari (hari Minggu) dengan penuh semangat dengan solat berjamaah bersama. Jadi memulai hari dengan solat subuh berjamaah sehingga hari-hari berikutnya bersemangat"
Itu yang sedikit kuingat dari cerita pak Revi, buat
'sangu' sebelum solat disana. Minimal aku jadi tau, awal mula mengapa solat ini
dilakukan hari Minggu dan pada saat solat Subuh.
05.45
Akhirnya tiba di masjid Eyüp
(Eyüp SUltan Camii), dengan berbekal dress hitam dan 2 layer baju serta coat
panjang sampai kaki, rasanya aku sudah cukup sopan untuk menunaikan solat di
masjid, dimana solat kali ini diluar kebiasaaku menggunakan mukena.
06.15
Eyüp Sultan Camii. Aku sudah didalam masjid.
Heater dibawah karpet cukup membuat hangat ruangan. Saat itu area solat wanita
didalam sudah penuh terisi, dan aku duduk di selasar. Mencoba merasakan apa
yang pak Revi katakan sebelumnya. 10 menit setelah aku duduk, surat Yasiin
dibacakan. Karena posisiku diatas jadi taktahu persis siapa yang membaca, entah
Imam atau siapa.
Aku berusaha untuk tidak ngobrol, menggosip ala
wanita. Walaupun susah sekali. Ketika sudah diam pun ada saja yang mengajak
bicara atau sekedar orang Turki yang berbicara dengan bahasa Turki dengan
maksut agar aku suruh bergeser sedikit. Berusaha semaksimal mungkin untuk bisa
merasakan apa yang diharapkan dapat dirasakan oleh orang Turki, seperti yang
dikatakan pak Revi sebelumnya. Semangat baru, memulai hari baru.
Akhirnya aku mengikuti membaca Surah Yasiin
yang dipimpin oleh Imam (atau entah siapa) dengan memejamkan mata dengan maksut
bisa merasakan "semangat baru". Hasilnya? Gagal fokus. Yang terjadi malah
"mbrebes mili", air mata keluar seenaknya sendiri. Entah, sebagai
oran NU yang kental Yasiin-an tiap malam Jumat membuatku merasakan ada kekuatan
lain ketika membaca Surah Yasiin. Serius. Ada yang membuat aku merasakan "mak
deg-deg-deg" saat aku membaca surah Yasiin di masjid ini. Jatuh air mata. Terpaksa harus pura-pura menunduk dan bilang
ngantuk saat temanku menyenggol dan bertanya kenapa.
Yasiin selesai dibaca. Ahh, belom bisa
merasakan apa yang diinginkan dengan semangat baru untuk memulai hari baru. Aq
mengikuti saja bacaan yang dibaca setelahnya oleh Imam (atau entah siapa). Fokus.
Fokus. Akhirnya aku mulai bisa merasakan tenang. Tenang seperti apa? Aku tenang
untuk mengikuti semua bacaanya, tenang untuk bersiap memulai beribadah.
Entahlah, aku merasa tenang. Sampai akhirnya aku baru sadar ketika aku sudah
terpisah dengan temanku dan disebelahku sudah ada 2 orang Turki. Ibu-ibu.
Ternyata yang datang lebih banyak dari yang
dibayangkan. Benar-benar desak-desakan, semua orang ingin solat berjamaah
sepertinya. Sampai akhirnya benar-benar sempit sekali. Ahh pegal sekali
kakiku. Akhirnya aku fokus sama kesemutan karena pegal duduk dengan kaki
sebelah tertindih kaki ibu-ibu. Pasrah. Lagi-lagi gagal fokus.
Sholat Subuh dimulai. Dimulai dengan 2 rakaat solat
sunnah, kemudian dilanjutkan dengan solat Subuh berjamaah. Rasanya lega
sekali bisa berdiri. Aku mencoba khusyuk saat solat. Semangat baru.
Allahu Akbar!
Takbir pertama dimulai. Hei, rasanya beda
sekali. Ada apa ini? Allahu Akbar! terasa sangat menggetarkan sekali. Ini
takbir pertama di hari pertama. Allahu Akbar. Kuangkat kedua tanganku. Akhirnya
aku tau, dimana semangat baru.
Aku sangat menikmati sekali solat Subuh
pertamaku di Turki. Walaupun sesaknya tempat, membuat saat ruku' harus kuawali
dengan mencium pantat orang didepanku.
07.54 (Menurut jam di foto hape, aku lupa)
Aku menyelesaikan subuhku dengan gembira,
bahagia. Hehe, sepertinya aku berlebihan. Apalagi cuaca dingin membuatku merasa
cukup segar. Melangkahkan kaki menuruni anak tangga dengan senyum. Seorang perempuan Turki yang berdiri disampingku bertanya dengan bahasanya. Aku tak paham. Google
translate. Haa, dia mengeluarkan kamus berjalan.
OT :
Anda darimana?
Saya :
Indonesia :)
OT :
Saya suka orang Indonesia. Suka tersenyum. Apakah ini pengalaman baru?
Saya :
Iya, ini baru. Saya baru tiba di Turki kemari pagi.
OT : Selamat
datang di Turki. Saya Ayse.
Saya :
Saya Qonita. Senang berkenalan denganmu.
OT :
Saya juga. Semoga Allah mempertemukan kita kembali. Di Surga Insya Allah.
Saya :
Insya Allah.
Kemudian dia pergi. Teman baru di pagi hari.
Ternyata masih ada orang Turki yang mau tersenyum dengan orang tak dikenal.
Bahkan mau bersusah-susah mengeluarkan Google Translate untuk berbicara.
Ketika kuceritakan pada teman Turki ku, dia
hanya berkata "Really? Itu tidak seperti kebiasaan kami" Ya, akupun heran.
Orang Turki cenderung kepada cuek dan tidak ramah kepada orang yang tidak
dikenal sebelumnya. Aku tau itu.
See? Aku menganggap "Ayse" orang yang
datang untuk memberi semangat baru, untuk seminggu kedepan atau 2 minggu
kedepan aku menjalani hidup di Turki.
Terimakasih Tuhan...
08.30
Akhirnya kami sudah dihalaman masjid. Berkumpul
dan bertemu teman-teman baru yang memang baru datang menyusul saat di masjid.
Hei, rasanya senang sekali melihat orang-orang yang baru saja selesai
menunaikan solat. Mereka berkumpul lebih dulu dihalaman masjid dengan menikmati
corba. Cream soup ala turki yang disajikan gratis setiap selesai solat subuh di
Minggu pagi. Hurray!!! Rasanya seperti chicken soup.
Aku masih sibuk menatap orang-orang disekitar.
Ini Turki, aku memulai hari di Turki dengan sesuatu yang baik. Sekali lagi aku
bersyukur. Aku berdoa untuk mereka yang membawaku kesini, dan keluargaku agar
mereka juga bisa merasakan apa yang aku rasakan disini.
Aku menemukan semangatku disini, di Turki.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Thanks,
Qonet :)
Komentar
Posting Komentar