Namanya Bu Etik

Sebagai mahasiswa semester *ehem* 9 dikampus, aku udah ngerasain panas, hujan, badai, gerimis, berangin, sampe gunung meletus. Masalahnya adalah, mau sampe kapan dikampus terus? -_-
Ini tahun ke 4.5 dikampus. And then? harus tertinggal make toga duluan dari temen-temen yang lain. Sakit? Jelas. Apalagi image aq bukan murid yang malas *dulu tapi*. Tapi apa adaya, rasa malas emng susah sekali hilang. Terima resiko kalo banyak yang belom selesai. Seperti di tahun ke empat setengah ini.

Masih ada 2 matakuliah yang diambil. studio perancangan arsitektur 5 dan KTI. Abaikan stupa5, karena memang nilai minus dan aku harus mengulang. Yang jadi masalah adalah? KTI. Udah 3 semester berturut-turut jadi mahasiswa tetap di mata kuliah ini. Awalnya jurusanku tidak mewajibkan kti, memberikan 2 pilihan, magang atau kti. Sebagian besar mahasiswa hampir bisa dipastikan lebih memilih magang, aku pun demikian. Ditahun ketiga aku mengambil magang disebuah konsultan di Jogja. Tapi naas, belum selesai laporan magang, kurikulum baru mewajibkan kti. Yang belum ada nilai magang? Wajib kti. Sial.

Akhirnya di tahun keempat kti ku ambil. Saat itu sistem wajib kti belum masuk krs. Ambil saja, kalau selesai nilai akan keluar. Sistem dosen pun masih rebutan. Karena telat mencari dosen, kuambil dosen yang kira-kira belum dapat tampungan mahasiswa. Fix dapat. Bu Etik.

Saat itu peserta kti yang baru hanya berdua, aq dan temanku Ratih. Tahun keempat merupakan semester terakhir teori. Jika kti lulus, semester depan bisa lanjut tutup teori. Disini bingung total mau ambil tema apa,  karena jujur, konsentrasi yang diampu bu Etik sama sekali 1% pun gak ada minat, fisika bangunan dan struktur. Oh my God!

Akhirnya bu Etik menanyakan proyek di Stupa7 saat itu. Stelah menceritakan panjang lebar, tema di tentukan. Wind Architecture. Rasanya pulang bimbingan senewen setengah mati. Wind. Angin? Pergerakan, kecepatan dan teman-temannya? Minat dari 0% turun menjadi -1%.

Semester 7 (tahun keempat) mulai bimbingan, ganti judul berkali-kali, tapi karena minat memang gak ada, akhirnya semester itu kti tidak selesai. Fix, semester 8 harus kuulang lagi. Waktu itu rasanya sedih, teman-teman yang lain mulai mempersiapkan tugas akhir, aku masih harus sabar disemester 8. Akhirnya semester 8 kti diambil lagi dengan mengambil satu mata kuliah pilihan, Ekskursi Arsitektur. Semester ini merengek sama dosen yang sama, karena sudah malas cara dosen. Tapi nyatanya semester ini terlalu fokus di Ekskursi Arsitektural. Gimana nggak, kuliah itu kami jalan-jalan ke Thailand. Semester ini bimbingan cuma 2 kali. Hasilnya? Dipastikan tidak selesai. Semester ini rasanya lebih sedih dari semester sebelumnya. Tapi ternyata mulai sadar, masih banyak juga teman yang senasib. Sedih sih, tapi cepat juga hilangnya. Semester ini malah banyak merenung, mata kuliah apa yang harus diberesin. Mumpung nambah satu semester lagi. Ya, semester 9!

Semester ini bertekad seriius nggarap kti. Minat gak minat harus digarap. Saat pengumpulan proposal kti, sengaja tidak menuliska nama dosen yang dharapkan biar dosenku diganti. Kebetulan bu Etik saat itu sedang di Jerman, jadi gak ada tanda tangan dosen sebelumnya. Ya sudah. Semester ini juga ambil mata kuliah stupa5. Mengulang. Tapi mata kuliah ini aja, supaya nantinya lebih fokus.

Ternyata sudah panjang sekali ceritanya...

Setelah pengumuman dosen kti, lagi-lagi, nama bu Etik terpampang nyata dihadapan layar. Akhirnya hattrick untuk ketiga kalinya, jadi mahasiswa bimbingan bu Etik, wah, rasanya sudah gak punya muka sebenarnya. Tapi yasudahlah. Mulai memunculkan niat rajin. Tapi... Lagi-lagi yang namanya malas memang susah. Hanya bertahan 3 kali bimbingan di awal, setelah itu menghilang. Jadwal bimbingan yang bersamaan dengan stupa5 jadi alasan. Sebenarnya bukan masalah. Sampai suatu hari diadakan kuliah umum kti. Pemantapan pasca UTS. Bu Etik sempat mengingatkan kalau jarang bimbingan nilai bisa tidak keluar. Wah, SP 1 sepertinya. Esoknya kembali bimbingan. Rajin? Tidak, hanya saat itu. Setelah itu malas kembali.

2 minggu setelah bolos bimbingan, pagi-pagi sms dari Bu Etik. SP2. Lebih nyata, lebih mengancam, tapi halus. Wahwahwah, sepertinya bu Etik mulai gak sabar sama kelakuanku. Pagi itu juga deg-degan gak berhenti. Sampai balasanku ke bu Etik mendapat balasan. Singkat padat jelas. Bisa melanjutkan tapi bla bla blaa... Sudah tenang? belum. Deg-degan bertambah 2 kali lipat. Rasanya isi dari sms tidak perlu di share. Haha...

Bukan qonita kalo masih memberatkan rasa malasnya. Sudah mendapat SP2, pun masih bisa bolos bimbingan. Bedanya bolos ini tidak tenang, sampai 1 minggu kemudian. Deg-degan sekali rasanya.

Akhirnya hari ini bimbingan pasca SP dimulai. Sebelumnya semua kukejar, menyipakan apa yang harus disiapkan, rasanya keringat dingin luar biasa. Ketakutanku cuma satu, bab 4 saya tidak matang dan tidak layak ikut presentasi bersama. Sampai lantai 4 depan lab tekno bangunan masih deg-degan. Entah, rasa ketakutanku berlebihan seklai saat itu. Tapi benar-benar deg-degan rasanya. Mungkin karena rasa bersalah menyepelekan dosen 3 semester berturut-turut.

Akhirnya bu Etik duduk di meja bimbingan biasanya. Ramah. Tidak memojokkan. Sepertinya melihat bab 4 ku tidak terlalu mengecewakan walaupun belum selesai semua ku garap. Seperti biasa ada selingan cerita saat beliau di Jerman agar tidak tegang. Mengingatkan lagi, agar penelitian ini digarap dengan keras agar selesai. Entah memuji entah hanya menyenangkanku, bu Etik bilang:

"kti mu ki sakjane menarik mbak, akeh seng iso dibahas, banyak hal baru yang bisa ditemmukan, nek digarap ket semester mbiyen lak yo udah banyak yang didapat. lha kok malah mandek-mandek"

__terjemah
"kti kamu sebenarnya menarik mbak, banyak yang bisa dibahas, banyak yang bisa ditemukan, kalau digarap dari semester yang dulu kan sudah banyak yang bisa didapat. kok malah berhenti-berhenti"

Haha... rasanya maknyes sekali dengarnya. kalau aku diposisi bu Etik sudah malas sekali menghadapi mahasiswa model begini. Tinggal ku tolak penilitiannya dan "sukur"! rasakan berlumut satu semester lagi dikampus. Bye! pendendam juga ternyata :D

Tapi karena kepepet, akhirnya tema ini bisa lebih dinikmati, disenangi, dan paling penting dipahami. mungkin baru 2% minat ini muncul, tapi pasti bisa bertambah seiring munculnya "kepepet-kepepet" yang lain. hehe...

Matur nuwun Bu Etik :)
Mungkin mahasiswa lain menilai berlebihan.
Setidaknya bu Etik masih menyisakan satu oksigen agar bisa bernafas lebih segar :D




Komentar